Makassar – Kantor OJK Provinsi Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat menilai bahwa kinerja sektor jasa keuangan di Provinsi Sulawesi Selatan tetap stabil, tercermin dari peran intermediasi yang kontributif serta profil risiko yang tetap terjaga. Di tengah berbagai tantangan dan dinamika perekonomian global maupun domestik, sektor jasa keuangan di wilayah ini terus menunjukkan ketangguhannya (resiliensi) dan menjadi pilar penting dalam mendukung pertumbuhan ekonomi daerah yang tetap positif dan berada di atas rata-rata nasional.
Pada posisi April 2025, total aset perbankan tumbuh sebesar 6,32 persen (yoy) dengan nominal mencapai Rp204,95 triliun. Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh 7,60 persen (yoy) dengan nominal mencapai Rp139,38 triliun. DPK di Provinsi Sulawesi Selatan didominasi oleh tabungan dengan share 58,83 persen. Adapun kredit yang disalurkan tumbuh sebesar 3,81 persen (yoy) dengan nominal mencapai Rp165,56 triliun. Penyaluran kredit di Sulawesi Selatan masih didominasi oleh penyaluran kredit produktif sebesar 53,80 persen, namun dari sisi pertumbuhan kredit didorong oleh kredit konsumtif yang tumbuh sebesar 7,87 persen. Jika dilihat berdasarkan sektor ekonomi, kredit yang disalurkan pada sektor perdagangan besar dan eceran memiliki porsi terbesar dengan share 22,98 persen dengan nominal mencapai Rp38,05 triliun.

Kinerja intermediasi perbankan Sulawesi Selatan terjaga dengan Loan to Deposit Ratio (LDR) 120,92 persen dan tingkat rasio kredit bermasalah berada di level 3,00 persen.
Perbankan Syariah turut menunjukkan pertumbuhan yang lebih tinggi pada posisi April 2025. Hal ini tercermin dari aset perbankan syariah yang tumbuh sebesar 17,19 persen (yoy) menjadi Rp17,25 triliun, dengan penghimpunan DPK yang tumbuh 13,60 persen menjadi Rp12,18 triliun dan penyaluran pembiayaan yang juga tumbuh sebesar 20,85 persen (yoy) menjadi Rp15,01 triliun. Tingkat intermediasi perbankan Syariah berada pada level 123,25 persen dengan tingkat NPF pada level 2,10 persen.